IMDB: 8.2/10
ROTTEN TOMATOES: 94% & 83%
Genre: Drama, Mystery, Sci-Fi
Director: Dennis Villenueve
Written: Eric Heisserer (Screenplay), Ted Chiang (Based On Story "Story Of Your Life")
Cast: Amy Adams - Louise Banks
Jeremy Renner - Ian Donnely
Forest Whitaker - Colonel Webber
Michael Stuhlbarg - Agent Harper
Mark O'Brian - Captain Marks
Tzi Ma - General Shang
etc
SAMARINDA - Apa kalian pernah menonton film sci-fi tentang alien sebelumnya? Tentang sebuah film di mana bumi kedatangan makhluk luar angkasa lain atau di sebut UFO ini berani tampil beda. Jika kalian membayangkan sebuah film sci-fi yang seperti War Of The Worlds, Skyline, ataupun Alien series maka di harapkan kalian akan kecewa. Tapi tunggu dulu, ini adalah film berkualitas. Bukan mengenai perang antar umat manusia seperti Independence Day ataupun cerita klise lainnya, kali ini saya akan membahas sebuah film yang menurut saya terbaik di tahun 2016 dan merupakan salah satu calon pemenang terbaik di ajang piala Oscar.
Berkisah tentang kedatang 12 benda melayang dari planet luar (UFO) yang di duga adalah alien. Namun penduduk bumi sangat khawatir apakah ini adalah sebuah tanda perkenalan ataupun tanda sebuah perang antar planet. Karakter utama adalah seorang dosen dan ahli bahasa, Louise Banks (Amy Adams) yang di minta bantuan oleh tentara USA Colonel Webber (Forest Whitaker) untuk mengetahui apa tujuan "mereka" sebenarnya kesini. Bersama seorang ahli teori fisika Ian Donnely (Jeremy Renner), Louise berusaha berkomunikasi dengan makhluk tersebut untuk mencari tau apa maksud tujuan mereka.
Film ini mempunyai naskah adapatasi terbaik menurut saya. Walaupun di adaptasi dari cerita pendek dari Ted Chiang, namun si penulis (Eric Heisserer) mencoba membuat konteks dan alur cerita yang padat dan fokus. Film ini mungkin sekilas tampak berpusat pada alien. Namun, jika kalian memperhatikan dengan seksama maka akan banyak sekali makna dan pelajaran yang akan kalian ambil disini. Ini tak lain juga adalah sebuah film drama, dimana tuntutan peran yang menjadi kunci keberhasilan film ini. Amy Adams sungguh berhasil membawakan peran yang ia lakoni. Dengan background dirinya yang gelap serta masa lalu yang kian menghantuinya membuat hatinya semakin bergerak untuk membantu umat manusia. Peran pemain lainnya seperti Jeremy Renner dan Forest Whitaker juga tampil pas. Tidak ada kekurangan dan kelebihan mereka karena tertutupi bayangan dari Amy Adams. Tapi sekali lagi, mereka sangat pas membawakan peran pendukung dalam alur cerita ini.
Kelebihan dari film ini sangat banyak. Selain naskah cerita adaptasi yang sempurna dan juga akting yang mumpuni, sang sutradara Dennis Villenueve berhasil memformulasikan karya tulisan ini menjadi film yang layak di tonton. Dengan tone yang cukup gelap (bagi saya) film ini mempunyai kemiripan dengan film ia sebelumnya yaitu, Enemy. Editing dan pengambilan gambar yang cantik juga berhasil membawa film ini menjadi layak untuk di tonton. Satu lagi adalah mixing sounds dari komposer Jóhann Jóhannsson yang sungguh indah. Setiap momen, alunan musik yang indah serta sinematografi yang cantik membuat emosi dalam film ini semakin terjamah oleh penonton.
Film ini tak hanya sekedar tentang alien. Namun juga melihat kehidupan sosial manusia pasca mengetahui adanya kedatang tamu di bumi ini. Sifat natural manusia yang sungguh anarkis, beberapa keputusan bodoh manusia dalam menghadapi masalah dan kesedihan dari sebuah masa lalu berhasil di satu padukan dalam film Arrival. Kekurangan dari film ini adalah ini bukanlah sebuah film "ringan". Beberapa penonton merasa kecewa dan pusing setelah menonton ini. Tapi sekali lagi, itu adalah pandangan subjektif yang masuk akal. Karena Arrival sendiri memang tidak di buat sebagai film fiksi alien yang penuh aksi.
Ini adalah masterpiece di tahun 2016. Dennis Villenueve berhasil dalam membuat Arrival dan aku tak sabar menonton film terbarunya yaitu Blade Runner 2049. Rating A+ untuk Arrival dan sangat wajib untuk kalian kaji bersama teman!
Jumat, 27 Januari 2017
Senin, 23 Januari 2017
REVIEW FILM - MR. NOBODY (2009)
IMDB: 7.9/10
ROTTEN TOMATOES: 64% & 76%
Genre: Drama, Fantasy, Romance
Directed: Jaco Van Dormael
Written: Jaco Van Dormael
Cast: Jared Leto - Nemo Adult / Old Nemo
Sarah Polley - Adult Elise
Diane Kruger - Anna Adult
Linh Dan Pham - Adult Jean
Rhys Ifans - Father Nemo
Natasha Little - Mother Nemo
Toby Regbo - Nemo Age 15
Juno Temple - Anna Age 15
Clare Stone - Elisa Age 15
Daniel Mays - Young Journalist
etc
SAMARINDA - Entah mengapa lagi-lagi situs film Rotten Tomatoes memberikan kritik yang buruk pada film ini. Itu adalah salah satu alasan mengapa kalian jangan percaya sebenuhnya pada sebuah rating. Tonton film itu sendiri, kalian yang menilai. Pandangan kalian adalah hal yang mutlak, pandangan orang lain cenderung subjektif namun juga terkadang objektif jika melihat banyaknya massa yang menilai. Oke, sebelumnya harus saya beri tahu bahwa film ini adalah salah satu film favorit saya, mungkin di urutan kedua setelah deretan filmnya Quentin Tarantino. Tetapi sekali lagi saya beritau, semua orang mempunyai selera masing-masing. Film ini adalah film yang berat, dan mungkin butuh kalian proses berkali-kali untuk memahami jalan ceritanya. Ini adalah film fantasi, bukan sci-fi, jadi tidak selalu ada alasan untuk tau apa yang terjadi disana. Mr. Nobody adalah masterpiece, sebuah mahakarya dari sutradara Jaco Van Dormael yang terkenal membuat cerita fantasi yang mengandung pesan moral kuat. Entah mengapa Jaco Van Dormael jarang sekali membuat sebuah film. Film terakhirnya, The Brand New Testament adalah salah satu film terbaik di eropa. Tapi bukan itu yang akan kita bahas, mari kita review Mr. Nobody.
Film ini bercerita tentang seorang anak atau pria atau bahkan orang tua bernama Nemo Nobody yang hidup sebagai orang paling tua di dunia. Seorang jurnalis menyelinap masuk ke tempat peristirahatannya dan menanyai tentang riwayat hidup Nemo yang bahkan dia sendiri hampir sulit untuk mengingat kembali kenyataannya. Dari sekian banyak cerita, beragam macam alur hidup Nemo yang berbeda dan membuat jurnalis muda itu bingung. Inti dari maksud Nemo sendiri adalah sebuah kehidupan yang berbeda ketika kau sudah memilih jalan takdirmu sendiri.
Banyak hal yang bisa kita nikmati dan kita ambil dari film ini. Dari kualitas film, sutradara Jaco Van Dormael sangat teliti sekali menuliskan sebuah naskah cerita yang amat begitu rumit namun terperinci. Plot maju mundur dengan yang rancu dan selingan parallel universe dari cerita Nemo mungkin akan membuat penonton kebingungan. Tapi semua itu akan sangat menarik jika kalian teliti baik-baik. Dari kualitas pengambilan gambar, editing dan musik pun sudah sangat pas. Ditambah gaya sinematografi Jaco Van Dormael yang lebih ke eropa daripada hollywood. Film ini pun di tambah menarik berkat adegan yang memukau dari Jared Leto.
Jared Leto seperti biasa, sangat mendalami perannya dan membuat penonton kagum. Vokalis band 30 Seconds to Mars ini memberikan performa terbaik layaknya di film Requiem Of Dream. Konflik yang di alami pemeran utama, Nemo sangatlah beragam. Mulai dari perceraian orang tuanya kemudian pilihan dia ketika harus pergi dengan ibunya atau menetap dengan ayahnya. Semua itu akan di ceritakan satu-persatu melalui alur yang berbeda dan masa depan yang berbeda pula. Tentu hal ini sangat menarik. Ini bukan hanya sekedar drama fiksi saja melainkan, romance yang di bawakan antar pemainmu juga tak kalah seru. Ide cerita dari film ini seharusnya sanggup membawa film ini ke ajang oscar atau golden globe. Namun sayang, film produksi eropa ini malah kurang tenar di Amerika.
Sinematografi yang unik, pengambilan gambar yang pas serta editing dan pengisi soundtrack yang bagus membuat film ini layak untuk kalian ambil. Jalan cerita yang sedikit rumit mungkin salah satu kekurangan dari film ini. Tapi itu hanyalah opini saya saja. Jika kalian ingin menonton film yang tak biasa, Mr. Nobody adalah salah satunya. Drama, Fantasi, dan Romansa. Rating A untuk film ini!
ROTTEN TOMATOES: 64% & 76%
Genre: Drama, Fantasy, Romance
Directed: Jaco Van Dormael
Written: Jaco Van Dormael
Cast: Jared Leto - Nemo Adult / Old Nemo
Sarah Polley - Adult Elise
Diane Kruger - Anna Adult
Linh Dan Pham - Adult Jean
Rhys Ifans - Father Nemo
Natasha Little - Mother Nemo
Toby Regbo - Nemo Age 15
Juno Temple - Anna Age 15
Clare Stone - Elisa Age 15
Daniel Mays - Young Journalist
etc
SAMARINDA - Entah mengapa lagi-lagi situs film Rotten Tomatoes memberikan kritik yang buruk pada film ini. Itu adalah salah satu alasan mengapa kalian jangan percaya sebenuhnya pada sebuah rating. Tonton film itu sendiri, kalian yang menilai. Pandangan kalian adalah hal yang mutlak, pandangan orang lain cenderung subjektif namun juga terkadang objektif jika melihat banyaknya massa yang menilai. Oke, sebelumnya harus saya beri tahu bahwa film ini adalah salah satu film favorit saya, mungkin di urutan kedua setelah deretan filmnya Quentin Tarantino. Tetapi sekali lagi saya beritau, semua orang mempunyai selera masing-masing. Film ini adalah film yang berat, dan mungkin butuh kalian proses berkali-kali untuk memahami jalan ceritanya. Ini adalah film fantasi, bukan sci-fi, jadi tidak selalu ada alasan untuk tau apa yang terjadi disana. Mr. Nobody adalah masterpiece, sebuah mahakarya dari sutradara Jaco Van Dormael yang terkenal membuat cerita fantasi yang mengandung pesan moral kuat. Entah mengapa Jaco Van Dormael jarang sekali membuat sebuah film. Film terakhirnya, The Brand New Testament adalah salah satu film terbaik di eropa. Tapi bukan itu yang akan kita bahas, mari kita review Mr. Nobody.
Film ini bercerita tentang seorang anak atau pria atau bahkan orang tua bernama Nemo Nobody yang hidup sebagai orang paling tua di dunia. Seorang jurnalis menyelinap masuk ke tempat peristirahatannya dan menanyai tentang riwayat hidup Nemo yang bahkan dia sendiri hampir sulit untuk mengingat kembali kenyataannya. Dari sekian banyak cerita, beragam macam alur hidup Nemo yang berbeda dan membuat jurnalis muda itu bingung. Inti dari maksud Nemo sendiri adalah sebuah kehidupan yang berbeda ketika kau sudah memilih jalan takdirmu sendiri.
Banyak hal yang bisa kita nikmati dan kita ambil dari film ini. Dari kualitas film, sutradara Jaco Van Dormael sangat teliti sekali menuliskan sebuah naskah cerita yang amat begitu rumit namun terperinci. Plot maju mundur dengan yang rancu dan selingan parallel universe dari cerita Nemo mungkin akan membuat penonton kebingungan. Tapi semua itu akan sangat menarik jika kalian teliti baik-baik. Dari kualitas pengambilan gambar, editing dan musik pun sudah sangat pas. Ditambah gaya sinematografi Jaco Van Dormael yang lebih ke eropa daripada hollywood. Film ini pun di tambah menarik berkat adegan yang memukau dari Jared Leto.
Jared Leto seperti biasa, sangat mendalami perannya dan membuat penonton kagum. Vokalis band 30 Seconds to Mars ini memberikan performa terbaik layaknya di film Requiem Of Dream. Konflik yang di alami pemeran utama, Nemo sangatlah beragam. Mulai dari perceraian orang tuanya kemudian pilihan dia ketika harus pergi dengan ibunya atau menetap dengan ayahnya. Semua itu akan di ceritakan satu-persatu melalui alur yang berbeda dan masa depan yang berbeda pula. Tentu hal ini sangat menarik. Ini bukan hanya sekedar drama fiksi saja melainkan, romance yang di bawakan antar pemainmu juga tak kalah seru. Ide cerita dari film ini seharusnya sanggup membawa film ini ke ajang oscar atau golden globe. Namun sayang, film produksi eropa ini malah kurang tenar di Amerika.
Sinematografi yang unik, pengambilan gambar yang pas serta editing dan pengisi soundtrack yang bagus membuat film ini layak untuk kalian ambil. Jalan cerita yang sedikit rumit mungkin salah satu kekurangan dari film ini. Tapi itu hanyalah opini saya saja. Jika kalian ingin menonton film yang tak biasa, Mr. Nobody adalah salah satunya. Drama, Fantasi, dan Romansa. Rating A untuk film ini!
REVIEW FILM - THE ROYAL TENENBAUMS (2001)
IMDB: 7.6/10
ROTTEN TOMATOES: 80% & 89%
Genre: Comedy, Drama
Director: Wes Anderson
Written: Wes Anderson, Owen Wilson
Cast: Gene Hackman - Royal Tenenbaum
Anjelica Huston - Etheline Tenenbaum
Ben Stiller - Chas Tenenbaum
Gwyneth Paltrow - Margot Tenenbaum
Luke Wilson - Richie Tenenbaum
Owen Wilson - Eli Cash
Bill Murray - Raleigh St. Clair
Danny Glover - Henry Sherman
Alec Baldwin - Narrator
etc
Awards:
Academy Awards, USA 2002
Nominated
Best Writing, Screenplay Written Directly for the Screen
Wes Anderson & Owen Wilson
SAMARINDA - Apa kalian pernah menonton film Wes Anderson? Sayang sekali jika kalian belum. Kita mungkin mengenal sutradara jenius diluar sana seperti Christoper Nolan, Steven Spielberg, Ridley Scott ataupun James Cameron. Namun jika kalian tak pernah meliat karya dari beliau, sungguh sangat di sayangkan sekali. Wes Anderson sangat terkenal membuat film seperti The Grand Budapest Hotel, Darjeling Limited, Ataupun Moonrise Kingdoms. Nah, kali ini saya akan mencoba untuk mereview salah satu mahakarya dari beliau yang sangat influence dan tentu saja menghibur kalian.
Film ini di tayangkan pada tahun 2001 tepatnya. Cerita komedi drama yang bertema keluarga dan cerita ini mungkin sudah sangat klise kalian dengar. Namun bagaiman Wes Anderson membuat film ini layak di tonton? Pertama adalah sinematografi. Yup, jika kalian melihat Grand Budapest Hotel atau Darjeling Limited kalian akan merasakan bagaimana menonton filmnya. Dengan andalan menggunakan pengambilan gambar still yang kaku namun semua tertata rapi di dalam layar. Wes Anderson mampu menggambarkan suasana apapun itu menjadi sebuah komedi canggung nan elok di layar. Keahlian penyutradaraannya dalam mengarahkan jernihnya cut-to-cut tiap scene juga menjadi ciri khas beliau. Tone dalam film ini juga di buat jumping mengikuti suasana emosi yang terjadi. Walaupun ini cerita komedi, namun kalian tak akan merasakan bahwa ini komedi. Setiap scene, selalu ada kejutan yang di bawakan di dalamnya.
Royal Tenenbaum (Gene Hackman) adalah seorang ayah dan juga suami yang bisa di bilang tidak cocok menjadi figur dalam keluarga. Ia mempunyai istri dan 3 orang anak, Chas (Ben Stiller), Margot (Gwyneth Paltrow) dan Richie (Luke Wilson). Namun kehidupannya yang terlalu liar membuat dia pada perceraian dan perpisahan pada anaknya. Tetapi Royal sama sekali tidak peduli. Di masa tuanya, ia pun jatuh bangkrut dan membuat akal-akalan dengan berpura-pura di vonis kanker dan hidupnya tidak lama lagi. Ia berpura-pura agar bisa kembali dekat dengan keluarganya dulu yang di telantarkan. Itu adalah inti dari cerita The Royal Tenenbaums. Sangat simple, umum, klasik. Namun itu tak akan sesimpel yang kalian bayangkan. Deretean konflik dan alur yang terjadi sangatlah unik. Background masing-masing karakter penting mampu di jelaskan secara detail. Konflik antar ayah dan anak, istri dan suami, dan bahkan konflik Royal dengan dirinya sendiri.
Naskah ini sangat pintar dan cerdik sekali, di tangani oleh Owen Wilson dan Wes Anderson sendiri. Ya, mereka memang adalah duet sejati di perfilman Hollywood. Hampir semua film Wes Anderson itu selalu ada Owen Wilson walaupun hanya peran kecil atau besar sekaligus. Imajinasi yang mereka tanamkan disana sungguh pintar. Alur cerita yang baik, Komedi yang rapi, tak memaksakan penonton, serta konflik yang rumit membuat kita semakin menarik untuk menontonnya. Tak hanya itu, ini adalah satu film ensemble yang berhasil. Mempunyai banyak pemain top, namun peran yang tersusun secara merata dan tidak terlalu fokus ke pemeran utama. Ini adalah sebuah film mengenai keluarga dan cinta. Jadi esensi yang ada dalam film ini sungguh di sampaikan dengan baik.
Bagi kalian yang merasa bosan dan merasa bahwa film ini adalah film typical hollywood maka kalian salah. Ini adalah salah satu mahakarya dari sutradara eksentrik. Bukan hanya soal cerita yang di utamakan, tetapi keindahan dalam mengambil sebuah gambar dan di salurkan menjadi sebuah film The Royal Tenenbaums.
Rating yang sangat cocok adalah A. Ini benar-benar rekomendasi kalian untuk pecinta film diluar sana!
ROTTEN TOMATOES: 80% & 89%
Genre: Comedy, Drama
Director: Wes Anderson
Written: Wes Anderson, Owen Wilson
Cast: Gene Hackman - Royal Tenenbaum
Anjelica Huston - Etheline Tenenbaum
Ben Stiller - Chas Tenenbaum
Gwyneth Paltrow - Margot Tenenbaum
Luke Wilson - Richie Tenenbaum
Owen Wilson - Eli Cash
Bill Murray - Raleigh St. Clair
Danny Glover - Henry Sherman
Alec Baldwin - Narrator
etc
Awards:
Academy Awards, USA 2002
Nominated
Best Writing, Screenplay Written Directly for the Screen
Wes Anderson & Owen Wilson
SAMARINDA - Apa kalian pernah menonton film Wes Anderson? Sayang sekali jika kalian belum. Kita mungkin mengenal sutradara jenius diluar sana seperti Christoper Nolan, Steven Spielberg, Ridley Scott ataupun James Cameron. Namun jika kalian tak pernah meliat karya dari beliau, sungguh sangat di sayangkan sekali. Wes Anderson sangat terkenal membuat film seperti The Grand Budapest Hotel, Darjeling Limited, Ataupun Moonrise Kingdoms. Nah, kali ini saya akan mencoba untuk mereview salah satu mahakarya dari beliau yang sangat influence dan tentu saja menghibur kalian.
Film ini di tayangkan pada tahun 2001 tepatnya. Cerita komedi drama yang bertema keluarga dan cerita ini mungkin sudah sangat klise kalian dengar. Namun bagaiman Wes Anderson membuat film ini layak di tonton? Pertama adalah sinematografi. Yup, jika kalian melihat Grand Budapest Hotel atau Darjeling Limited kalian akan merasakan bagaimana menonton filmnya. Dengan andalan menggunakan pengambilan gambar still yang kaku namun semua tertata rapi di dalam layar. Wes Anderson mampu menggambarkan suasana apapun itu menjadi sebuah komedi canggung nan elok di layar. Keahlian penyutradaraannya dalam mengarahkan jernihnya cut-to-cut tiap scene juga menjadi ciri khas beliau. Tone dalam film ini juga di buat jumping mengikuti suasana emosi yang terjadi. Walaupun ini cerita komedi, namun kalian tak akan merasakan bahwa ini komedi. Setiap scene, selalu ada kejutan yang di bawakan di dalamnya.
Royal Tenenbaum (Gene Hackman) adalah seorang ayah dan juga suami yang bisa di bilang tidak cocok menjadi figur dalam keluarga. Ia mempunyai istri dan 3 orang anak, Chas (Ben Stiller), Margot (Gwyneth Paltrow) dan Richie (Luke Wilson). Namun kehidupannya yang terlalu liar membuat dia pada perceraian dan perpisahan pada anaknya. Tetapi Royal sama sekali tidak peduli. Di masa tuanya, ia pun jatuh bangkrut dan membuat akal-akalan dengan berpura-pura di vonis kanker dan hidupnya tidak lama lagi. Ia berpura-pura agar bisa kembali dekat dengan keluarganya dulu yang di telantarkan. Itu adalah inti dari cerita The Royal Tenenbaums. Sangat simple, umum, klasik. Namun itu tak akan sesimpel yang kalian bayangkan. Deretean konflik dan alur yang terjadi sangatlah unik. Background masing-masing karakter penting mampu di jelaskan secara detail. Konflik antar ayah dan anak, istri dan suami, dan bahkan konflik Royal dengan dirinya sendiri.
Naskah ini sangat pintar dan cerdik sekali, di tangani oleh Owen Wilson dan Wes Anderson sendiri. Ya, mereka memang adalah duet sejati di perfilman Hollywood. Hampir semua film Wes Anderson itu selalu ada Owen Wilson walaupun hanya peran kecil atau besar sekaligus. Imajinasi yang mereka tanamkan disana sungguh pintar. Alur cerita yang baik, Komedi yang rapi, tak memaksakan penonton, serta konflik yang rumit membuat kita semakin menarik untuk menontonnya. Tak hanya itu, ini adalah satu film ensemble yang berhasil. Mempunyai banyak pemain top, namun peran yang tersusun secara merata dan tidak terlalu fokus ke pemeran utama. Ini adalah sebuah film mengenai keluarga dan cinta. Jadi esensi yang ada dalam film ini sungguh di sampaikan dengan baik.
Bagi kalian yang merasa bosan dan merasa bahwa film ini adalah film typical hollywood maka kalian salah. Ini adalah salah satu mahakarya dari sutradara eksentrik. Bukan hanya soal cerita yang di utamakan, tetapi keindahan dalam mengambil sebuah gambar dan di salurkan menjadi sebuah film The Royal Tenenbaums.
Rating yang sangat cocok adalah A. Ini benar-benar rekomendasi kalian untuk pecinta film diluar sana!
Jumat, 20 Januari 2017
REVIEW FILM - GARDEN STATE (2004)
IMDB: 7.6/10
ROTTEN TOMATOES: 86% & 88%
Genre: Comedy, Drama, Romance
Directed: Zach Braff
Written: Zach Braff
Cast: Zach Braff - Andrew Largeman
Natalie Portman - Sam
Ian Holm - Gideon Largeman
Peter Sarsgaard - Mark
Jean Smart - Carol
Ato Essandoh - Titembay
etc
SAMARINDA - Film ini merupakan film pertama dari Zach Braff yang ia tulis dan sutradarai sendiri. Bagi kalian yang belum mengenalnya, ia sangat terkenal dalam serial sitkom The Scrubs sebagai dokter bernama D.J. Film bergenre komedi, drama dan romance mungkin sudah sangat umum kita lihat. Sangat umum, namun di pastikan dalam film yang memberatkan drama ini akan sedikit berbeda. Setiap film mempunyai esensi tersendiri, seorang penulis dan sutradara mempunyai tujuan tersendiri ketika ia membuat sebuah karya. Dan Zach Braff menggambarkannya dengan sangat indah melalui film ini. Film ini sendiri adalah adaptasi dari kisah masa lalunya walaupun beberapa hal ia tulis secara fiksi untuk menambah unsur dramatis. Tidak ada yang banyak di kritik dalam film ini, sangat jenius sekali untuk pemula.
Andrew Largeman adalah seorang aktor yang tidak terlalu sukses dan hidup di kota besar. Ia bahkan harus bekerja paruh waktu sebagai pramusaji untuk membiayai hidupnya. Ketika ia mendapat kabar bahwa ibunya meninggal, dengan berat hati ia kembali ke kampung halamannya untuk memberi penghormatan terakhir. Ia sudah lama sekali pergi mengasingkan diri dari keluarganya akibat masalah di masa lalu. Tak ayal dia kembali kesana, ia bertemu dengan seorang wanita muda enerjik bernama Sam yang di perankan oleh Natalie Portman. Kehadiran Sam membuat kehidupannya yang awalnya suram perlahan menjadi ceria lagi. Perlahan-makin perlahan semua emosi yang ternyata ia pendam selama ini dapat ia sampaikan kembali akibat keterbukaannya dengan Sam dan di hibur oleh sahabat lamanya, Mark yang di perankan Peter Sarsgaard.
Film ini sendiri sungguh sangat emosional. Mengingat bahwa ini adalah film pertama yang ia sutradarai dan ia tulis mungkin sangat menarik banyak penonton. Sebuah kisah kehidupan tentang pria yang terlalu canggung, introvert dan tertutup terhadap dunia kemudian bertemu wanita yang bisa membuat ia menjadi terbuka. Mungkin ini sedikit klise, tapi tenang saja. Konflik yang di hadirkan disini sangat beragam, background karakter yang sangat menarik mulai dari Andrew, Sam dan bahkan Mark. Interaksi yang di ciptakan oleh karakter Andrew dan Sam juga menyita perhatian. Natalie Portman adalah aktris yang sangat handal, jadi tidak usah di ragukan lagi kemampuannya untuk berakting.
Kelebihan dari film ini adalah unsur kehidupan yang ia tanamkan dalam cerita. Isu yang ia tulis mengenai makna sebuah Cinta atau Keluarga membuat semua orang tersentuh. Penyutradaraan dari Zach Braff yang sangat jenius walaupun masih amatir malah membuat ia di beri banyak pujian. Akting dari pemain di tiap-tiap karakter membuat film ini menjadi terisi walaupun ada beberapa cameo dari aktor yang cukup populer tapi tak terlalu penting untuk di masukan ke dalam film. Tapi yang paling menarik adalah soundtrack. Yup, Zach memilih sendiri soundtrack dari film ini dan sangat-sangat cocok dengan alur dramatisasi yang ada di dalam film. Mulai dari scene romance, komedi atau bahkan drama di isi dengan soundtrack yang sangat pas.
Zach Braff sangat berhasil dengan film ini dan ku merekomendasikan kalian film ini.
Rating yang pas adalah B+
ROTTEN TOMATOES: 86% & 88%
Genre: Comedy, Drama, Romance
Directed: Zach Braff
Written: Zach Braff
Cast: Zach Braff - Andrew Largeman
Natalie Portman - Sam
Ian Holm - Gideon Largeman
Peter Sarsgaard - Mark
Jean Smart - Carol
Ato Essandoh - Titembay
etc
SAMARINDA - Film ini merupakan film pertama dari Zach Braff yang ia tulis dan sutradarai sendiri. Bagi kalian yang belum mengenalnya, ia sangat terkenal dalam serial sitkom The Scrubs sebagai dokter bernama D.J. Film bergenre komedi, drama dan romance mungkin sudah sangat umum kita lihat. Sangat umum, namun di pastikan dalam film yang memberatkan drama ini akan sedikit berbeda. Setiap film mempunyai esensi tersendiri, seorang penulis dan sutradara mempunyai tujuan tersendiri ketika ia membuat sebuah karya. Dan Zach Braff menggambarkannya dengan sangat indah melalui film ini. Film ini sendiri adalah adaptasi dari kisah masa lalunya walaupun beberapa hal ia tulis secara fiksi untuk menambah unsur dramatis. Tidak ada yang banyak di kritik dalam film ini, sangat jenius sekali untuk pemula.
Andrew Largeman adalah seorang aktor yang tidak terlalu sukses dan hidup di kota besar. Ia bahkan harus bekerja paruh waktu sebagai pramusaji untuk membiayai hidupnya. Ketika ia mendapat kabar bahwa ibunya meninggal, dengan berat hati ia kembali ke kampung halamannya untuk memberi penghormatan terakhir. Ia sudah lama sekali pergi mengasingkan diri dari keluarganya akibat masalah di masa lalu. Tak ayal dia kembali kesana, ia bertemu dengan seorang wanita muda enerjik bernama Sam yang di perankan oleh Natalie Portman. Kehadiran Sam membuat kehidupannya yang awalnya suram perlahan menjadi ceria lagi. Perlahan-makin perlahan semua emosi yang ternyata ia pendam selama ini dapat ia sampaikan kembali akibat keterbukaannya dengan Sam dan di hibur oleh sahabat lamanya, Mark yang di perankan Peter Sarsgaard.
Film ini sendiri sungguh sangat emosional. Mengingat bahwa ini adalah film pertama yang ia sutradarai dan ia tulis mungkin sangat menarik banyak penonton. Sebuah kisah kehidupan tentang pria yang terlalu canggung, introvert dan tertutup terhadap dunia kemudian bertemu wanita yang bisa membuat ia menjadi terbuka. Mungkin ini sedikit klise, tapi tenang saja. Konflik yang di hadirkan disini sangat beragam, background karakter yang sangat menarik mulai dari Andrew, Sam dan bahkan Mark. Interaksi yang di ciptakan oleh karakter Andrew dan Sam juga menyita perhatian. Natalie Portman adalah aktris yang sangat handal, jadi tidak usah di ragukan lagi kemampuannya untuk berakting.
Kelebihan dari film ini adalah unsur kehidupan yang ia tanamkan dalam cerita. Isu yang ia tulis mengenai makna sebuah Cinta atau Keluarga membuat semua orang tersentuh. Penyutradaraan dari Zach Braff yang sangat jenius walaupun masih amatir malah membuat ia di beri banyak pujian. Akting dari pemain di tiap-tiap karakter membuat film ini menjadi terisi walaupun ada beberapa cameo dari aktor yang cukup populer tapi tak terlalu penting untuk di masukan ke dalam film. Tapi yang paling menarik adalah soundtrack. Yup, Zach memilih sendiri soundtrack dari film ini dan sangat-sangat cocok dengan alur dramatisasi yang ada di dalam film. Mulai dari scene romance, komedi atau bahkan drama di isi dengan soundtrack yang sangat pas.
Zach Braff sangat berhasil dengan film ini dan ku merekomendasikan kalian film ini.
Rating yang pas adalah B+
REVIEW FILM - CAPTAIN FANTASTIC (2016)
IMDB: 7.8/10
ROTTEN TOMATOES: 82% & 86%
Genre: Drama, Comedy
Director: Matt Ross
Written: Matt Ross
Cast: Viggo Mortensen - Ben
George Mackay - Bo
Samantha Isler - Kielyr
Annalise Basso - Vespyr
Nicholas Hamilton - Rellian
Shree Crooks - Zaja
Charlie Shotwell - Nai
Trin Miller - Leslie
Kathryn Hahn - Harper
Steve Zahn - Dave
Frank Langella - Jack
etc
Awards:
Golden Globe 2017
Nominated
Best Performance by an Actor in a motion picture - Drama
Viggo Mortensen
Bafta Awards 2017
Nominated
Best Leading Actor - Viggo Mortensen
SAMARINDA - Pertama, hanya satu kata yang bisa di ucapkan setelah menonton film ini. Yaitu "Fantastic"! Cerita, sinematografi, akting, editing dan musiknya. Semua fantastic! Trust me! Ini adalah salah satu film "You must see before you die". Kenapa? Apa keunggulan dari film ini? Apa yang sangat menjual dari film ini? Well, pertama memang ini bukanlah film untuk ukuran blockbuster tetapi ini adalah film untuk ajang oscar. Sangat mendalam dan menyentuh sekali. Tak banyak informasi yang kita tau dari jajaran casting pemain atau bahkan sutradaranya. Hanya ada 1 nama yang cukup populer di Hollywood sana yaitu, Viggo Mortensen. Apa kalian pernah mendengarnya? mungkin sangat asing di telinga kalian. Tapi dia adalah pemeran dari Aragorn dari salah satu serial trilogi tersukses yakni The Lord Of The Rings. Pasti kalian pecinta film pernah menonton ini bukan? suka atau tidak.
Cerita ini sangatlah unik, yakni tentang seorang pria bernama Ben yang mempunyai 6 orang anak dan mereka semua tinggal di hutan. Ups, jangan salah sangka dulu. Ini bukanlah film tentang kehidupan primitif seperti Tarzan, ataupun God Must Be Crazy. Ben adalah seorang yang sangat cerdas, ia mengisolasi anak-anaknya dari kehidupan di luar sana yang menurutnya berbahaya. Namun tak hanya itu, ia mengajarkan tentang alam, spiritual, matematika, filosofi bahkan politik. Apapun. ke-6 anaknya pun tumbuh menjadi pribadi yang sangat cerdas namun mereka kurang pengalaman menghadapi dunia di luar sana. Suatu masa ketika mendengar berita bahwa istrinya telah meninggal, Ben di hadapkan dengan pilihan berat. Yaitu anak-anaknya yang ingin datang untuk mengenang momen terakhir tetapi Mertua Ben melarangnya karena ia sangat benci terhadap Ben dan menuduh kematian putrinya akibat ulah Ben.
Ide film ini sangat orisinil sekali. Jarang sekali kita melihat sebuah film drama keluarga dengan tema yang sangat ber-filosofi ini. Alur cerita yang di buat maju membuat penonton dengan mudah mencerna apa yang terjadi. Jajaran pemain baru yang mempunyai bakat sangat bagus dalam berseni peran ini membuktikan kemampuan mereka. Serta arahan dari sutradara Matt Ross ini sangat lancar, penuh emosi dan sangat sinematografi. Isu-isu sosial dan moral yang di angkat disini terlihat begitu nyata dan seperti menjadi komedi satir yang siap membuat anda tersenyum sinis.
Viggo Mortensen memerankan karakter Ben dengan sangat baik. Sebagai seorang suami dan ayah, ia mampu melakukan pendalaman karakter dengan tepat. Interakasi antar pemain yang terlihat begitu natural membuat kita dalam larutan emosi yang di suguhkan sutradara. Akting pemeran pembantu seperti anak-anak mereka pun berhasil. Konflik yang di munculkan juga beragam, tiap background dari konflik di gamblangkan dengan jelas. Film ini juga mempunyai unsur komedi yang merakyat. Selain itu, juga akan kalian liat banyaknya pelajaran-pelajaran yang akan kalian temui.
Ini adalah sebuah Masterpiece, film yang layak untuk kalian nikmati sebagai movie enthusiast.
Rating A sangat cocok untuk film ini sangat rekomendasi untuk kalian tonton bersama keluarga.
ROTTEN TOMATOES: 82% & 86%
Genre: Drama, Comedy
Director: Matt Ross
Written: Matt Ross
Cast: Viggo Mortensen - Ben
George Mackay - Bo
Samantha Isler - Kielyr
Annalise Basso - Vespyr
Nicholas Hamilton - Rellian
Shree Crooks - Zaja
Charlie Shotwell - Nai
Trin Miller - Leslie
Kathryn Hahn - Harper
Steve Zahn - Dave
Frank Langella - Jack
etc
Awards:
Golden Globe 2017
Nominated
Best Performance by an Actor in a motion picture - Drama
Viggo Mortensen
Bafta Awards 2017
Nominated
Best Leading Actor - Viggo Mortensen
SAMARINDA - Pertama, hanya satu kata yang bisa di ucapkan setelah menonton film ini. Yaitu "Fantastic"! Cerita, sinematografi, akting, editing dan musiknya. Semua fantastic! Trust me! Ini adalah salah satu film "You must see before you die". Kenapa? Apa keunggulan dari film ini? Apa yang sangat menjual dari film ini? Well, pertama memang ini bukanlah film untuk ukuran blockbuster tetapi ini adalah film untuk ajang oscar. Sangat mendalam dan menyentuh sekali. Tak banyak informasi yang kita tau dari jajaran casting pemain atau bahkan sutradaranya. Hanya ada 1 nama yang cukup populer di Hollywood sana yaitu, Viggo Mortensen. Apa kalian pernah mendengarnya? mungkin sangat asing di telinga kalian. Tapi dia adalah pemeran dari Aragorn dari salah satu serial trilogi tersukses yakni The Lord Of The Rings. Pasti kalian pecinta film pernah menonton ini bukan? suka atau tidak.
Cerita ini sangatlah unik, yakni tentang seorang pria bernama Ben yang mempunyai 6 orang anak dan mereka semua tinggal di hutan. Ups, jangan salah sangka dulu. Ini bukanlah film tentang kehidupan primitif seperti Tarzan, ataupun God Must Be Crazy. Ben adalah seorang yang sangat cerdas, ia mengisolasi anak-anaknya dari kehidupan di luar sana yang menurutnya berbahaya. Namun tak hanya itu, ia mengajarkan tentang alam, spiritual, matematika, filosofi bahkan politik. Apapun. ke-6 anaknya pun tumbuh menjadi pribadi yang sangat cerdas namun mereka kurang pengalaman menghadapi dunia di luar sana. Suatu masa ketika mendengar berita bahwa istrinya telah meninggal, Ben di hadapkan dengan pilihan berat. Yaitu anak-anaknya yang ingin datang untuk mengenang momen terakhir tetapi Mertua Ben melarangnya karena ia sangat benci terhadap Ben dan menuduh kematian putrinya akibat ulah Ben.
Ide film ini sangat orisinil sekali. Jarang sekali kita melihat sebuah film drama keluarga dengan tema yang sangat ber-filosofi ini. Alur cerita yang di buat maju membuat penonton dengan mudah mencerna apa yang terjadi. Jajaran pemain baru yang mempunyai bakat sangat bagus dalam berseni peran ini membuktikan kemampuan mereka. Serta arahan dari sutradara Matt Ross ini sangat lancar, penuh emosi dan sangat sinematografi. Isu-isu sosial dan moral yang di angkat disini terlihat begitu nyata dan seperti menjadi komedi satir yang siap membuat anda tersenyum sinis.
Viggo Mortensen memerankan karakter Ben dengan sangat baik. Sebagai seorang suami dan ayah, ia mampu melakukan pendalaman karakter dengan tepat. Interakasi antar pemain yang terlihat begitu natural membuat kita dalam larutan emosi yang di suguhkan sutradara. Akting pemeran pembantu seperti anak-anak mereka pun berhasil. Konflik yang di munculkan juga beragam, tiap background dari konflik di gamblangkan dengan jelas. Film ini juga mempunyai unsur komedi yang merakyat. Selain itu, juga akan kalian liat banyaknya pelajaran-pelajaran yang akan kalian temui.
Ini adalah sebuah Masterpiece, film yang layak untuk kalian nikmati sebagai movie enthusiast.
Rating A sangat cocok untuk film ini sangat rekomendasi untuk kalian tonton bersama keluarga.
Rabu, 18 Januari 2017
REVIEW FILM - MR. CHURCH (2016)
IMDB: 7.7/10
ROTTEN TOMATOES: 15% & 80%
Genre: Drama, Comedy
Director: Bruce Beresford
Written: Susan McMartin
Cast: Eddie Murphy - Mr. Church
Britt Robertson - Charlie
Natasha McElhone - Marie
Xavier Samuel - Owen
Lucy Fry - Poppy
Christian Madsen - Larson
McKenna Grace - Izzy
etc
SAMARINDA - Bagi kalian yang bilang kalau Eddie Murphy selalu bermain peran yang jenaka mungkin kalian belum melihat ini. Di film ini ia menunjukan salah satu performa terbaiknya dan membuktikan kapasitasnya sebagai aktor multitalenta. Mungkin memang jarang sekali ia memerankan peran yang serius, hampir kebanyakan filmnya mulai dari Beverly Hills Cop, Nutty Professor bahkan Norbit tak lepas dari kesan komedinya yang begitu khas. Kali ini di film Mr. Church ia menjelma menjadi aktor yang sangat oscar worthy loh layaknya Morgan Freeman atau Jack Nicholson. Produksi film ini mungkin sangat tertutup sekali, dari deretan penulis, pemain dan bahkan sutradara yang jarang terdengar namanya ini mungkin membuat kalian kurang tertarik untuk menonton. Tapi jangan salah, film ini adalah sebuah film drama tentang kehidupan, apa arti sebuah cinta dan keikhlasan menghadapi sebuah kehilangan.
Plot cerita ini kurang lebih seperti Driving Miss Daisy, seorang pria kulit hitam yang menjadi pengasuh sebuah keluarga. Ya memang tak salah, karena film ini disutradarai oleh Bruce Beresford (Sutradara Driving Miss Daisy). Henry Church (Eddie Murphy) adalah pria yang luar biasa, ia bisa menjadi apa saja. Ia bisa bermain piano, menjahit, menulis, berdansa dll. Namun ia justru memilih menjadi juru masak untuk Marie (Natasha McElhone) dan juga putri semata wayangnya, Charlie (Britt Robertson). Ia di gaji oleh mantan kekasih Marie untuk merawatnya hingga ia tutup usia, karena Marie mengidap penyakit kanker payudara. Perkiraan hanyalah 6 bulan sebelum Marie tutup usia, namun hal itu berlangsung hingga 6 tahun lebih lamanya. Hingga Henry menjadi bagian dari keluarga disana. Plot yang sangat sederhana bukan?
Kekuatan dari film ini adalah naskah yang di tulis begitu sederhana, tidak memaksakan konflik yang terjadi dan pemeranan tokoh yang pas. Sekali lagi, Eddie Murphy membunuh peran yang ia mainkan. Ia menunjukan bahwa ia bukanlah aktor spesialis komedi saja, di masa usia yang tengah menua dan karir yang mulai meredup ku fikir ini salah satu film yang akan mengantarkan dia kembali ke puncak karirnya lagi. Britt Robertson yang memerankan Charlie juga berhasil memerankan karakter dengan baik sekaligus membuat chemistry nya dengan Eddie sangat berhasil. Ia bisa jadi pemeran wanita yang akan sangat di perhitungkan di hollywood.
Mungkin ini drama yang mempunyai ending klise, cerita yang sudah sangat umum. Tapi jika kalian tertarik menonton sebuah film melihat dari esensi peran dan sinematografi ku fikir ini adalah film yang sangat cocok. Tak perlu banyak adegan yang menyusahkan dan penggambaran latarnya juga pas. Background tiap karakter utama juga di tuliskan dengan baik serta mampu di filmkan dengan berhasil. Hampir tidak ada celah di film ini untuk di kritik. Entah mengapa situs film Rotten Tomatoes memberikan rating yang rendah untuk film ini. Padahal ini sudah sangat pas, entah apa yang di pikirkan oleh kritikus masa kini. Mungkin saja publishing dan produksi dari film ini yang tak terlalu "megah" membuat film ini lepas dari jajaran ajang Golden Globe atau bahkan Oscar.
Tapi sungguh, ini film dengan rating A!
Wajib untuk kalian tonton? wajib jika kalian ingin mengaduk perasaan emosi dan melihat performa terbaik dari seorang Eddie Murphy.
ROTTEN TOMATOES: 15% & 80%
Genre: Drama, Comedy
Director: Bruce Beresford
Written: Susan McMartin
Cast: Eddie Murphy - Mr. Church
Britt Robertson - Charlie
Natasha McElhone - Marie
Xavier Samuel - Owen
Lucy Fry - Poppy
Christian Madsen - Larson
McKenna Grace - Izzy
etc
SAMARINDA - Bagi kalian yang bilang kalau Eddie Murphy selalu bermain peran yang jenaka mungkin kalian belum melihat ini. Di film ini ia menunjukan salah satu performa terbaiknya dan membuktikan kapasitasnya sebagai aktor multitalenta. Mungkin memang jarang sekali ia memerankan peran yang serius, hampir kebanyakan filmnya mulai dari Beverly Hills Cop, Nutty Professor bahkan Norbit tak lepas dari kesan komedinya yang begitu khas. Kali ini di film Mr. Church ia menjelma menjadi aktor yang sangat oscar worthy loh layaknya Morgan Freeman atau Jack Nicholson. Produksi film ini mungkin sangat tertutup sekali, dari deretan penulis, pemain dan bahkan sutradara yang jarang terdengar namanya ini mungkin membuat kalian kurang tertarik untuk menonton. Tapi jangan salah, film ini adalah sebuah film drama tentang kehidupan, apa arti sebuah cinta dan keikhlasan menghadapi sebuah kehilangan.
Plot cerita ini kurang lebih seperti Driving Miss Daisy, seorang pria kulit hitam yang menjadi pengasuh sebuah keluarga. Ya memang tak salah, karena film ini disutradarai oleh Bruce Beresford (Sutradara Driving Miss Daisy). Henry Church (Eddie Murphy) adalah pria yang luar biasa, ia bisa menjadi apa saja. Ia bisa bermain piano, menjahit, menulis, berdansa dll. Namun ia justru memilih menjadi juru masak untuk Marie (Natasha McElhone) dan juga putri semata wayangnya, Charlie (Britt Robertson). Ia di gaji oleh mantan kekasih Marie untuk merawatnya hingga ia tutup usia, karena Marie mengidap penyakit kanker payudara. Perkiraan hanyalah 6 bulan sebelum Marie tutup usia, namun hal itu berlangsung hingga 6 tahun lebih lamanya. Hingga Henry menjadi bagian dari keluarga disana. Plot yang sangat sederhana bukan?
Kekuatan dari film ini adalah naskah yang di tulis begitu sederhana, tidak memaksakan konflik yang terjadi dan pemeranan tokoh yang pas. Sekali lagi, Eddie Murphy membunuh peran yang ia mainkan. Ia menunjukan bahwa ia bukanlah aktor spesialis komedi saja, di masa usia yang tengah menua dan karir yang mulai meredup ku fikir ini salah satu film yang akan mengantarkan dia kembali ke puncak karirnya lagi. Britt Robertson yang memerankan Charlie juga berhasil memerankan karakter dengan baik sekaligus membuat chemistry nya dengan Eddie sangat berhasil. Ia bisa jadi pemeran wanita yang akan sangat di perhitungkan di hollywood.
Mungkin ini drama yang mempunyai ending klise, cerita yang sudah sangat umum. Tapi jika kalian tertarik menonton sebuah film melihat dari esensi peran dan sinematografi ku fikir ini adalah film yang sangat cocok. Tak perlu banyak adegan yang menyusahkan dan penggambaran latarnya juga pas. Background tiap karakter utama juga di tuliskan dengan baik serta mampu di filmkan dengan berhasil. Hampir tidak ada celah di film ini untuk di kritik. Entah mengapa situs film Rotten Tomatoes memberikan rating yang rendah untuk film ini. Padahal ini sudah sangat pas, entah apa yang di pikirkan oleh kritikus masa kini. Mungkin saja publishing dan produksi dari film ini yang tak terlalu "megah" membuat film ini lepas dari jajaran ajang Golden Globe atau bahkan Oscar.
Tapi sungguh, ini film dengan rating A!
Wajib untuk kalian tonton? wajib jika kalian ingin mengaduk perasaan emosi dan melihat performa terbaik dari seorang Eddie Murphy.
Selasa, 17 Januari 2017
REVIEW FILM - CLERKS (1994)
IMDB: 7.8/10
ROTTEN TOMATOES: 88% & 89%
Genre: Comedy
Director: Kevin Smith
Written: Kevin Smith
Cast: Brian O'Halloran - Dante Hicks
Jeff Anderson - Randall Graves
Marilyn Ghigliotti - Veronica
Lisa Spoonauer - Caitlin Bree
Jason Mewes - Jay
Kevin - Silent Bob
etc
SAMARINDA - Film Clerks adalah sebuah bukti nyata dari mimpi seorang Kevin Smith. Seorang sinematografi muda yang rela mempertaruhkan semuanya untuk membuat sebuah film impiannya. Dimana dia harus menguras habis tabungannya serta memproduksi film di tengah-tengah pekerjaannya sebagai penjaga toko. Kalian mungkin jarang menonton film dengan budget yang sangat rendah namun sangat sukses di pasaran komersil, film ini adalah sebuah jiwa dari industri perfilman indie. "Its all about dialogue", hanya itu yang dapat ku sampaikan tentang film ini. Film arahan Kevin Smith yang di produksi pada tahun 1994 dengan bermodalkan uang seadanya dengan jajaran pemain yang tak lain adalah orang-orang terdekatnya. Film yang menceritakan tentang 2 orang penjaga toko dan penjaga rental film bernama Dante dan Randall ini sungguh akan menguras tawa kalian hingga akhir film. Naskah yang sangat sederhana serta garapan yang sangat kreatif membuat Clerks menjadi sebuah gebrakan karir dari seorang Kevin Smith.
Alkisah Dante dan Randall adalah seorang sahabat yang pekerjaannya hanyalah menunggu pelanggan datang dan melayani mereka. Setting film yang berlatar 1 hari ini membuat jalan cerita menjadi padat dan pas untuk di cerna penonton. Film indie yang memberatkan pada dialog-dialog antar pemainnya ini sukses membawa penonton tertawa sekaligus mengimajinasikan apa yang mereka maksud. Mulai dari percakapan tentang Star Wars, tentang Seks, bahkan filosofi kehidupan ada dalam sini. Ditambah peran pemain-pemain yang sangat ikonik, sebut saja Jay dan Silent Bob, sekelompok anak muda pengedar yang kerjaannya hanya nongkrong di depan toko. Mungkin dari jalan cerita yang begitu simpel ini kalian tak akan kesulitan menguraikan apa yang terjadi, tetapi jangan salah dulu. Tiap dialog yang mereka lakukan semua mempunyai semantik tersendiri, sungguh naskah yang jenius dari Kevin Smith.
Kelebihan dari film ini adalah naskah yang sederhana, serta dialog-dialog yang sangat menarik. Pemeranan karakter di dalam ini juga pas, tiap masing-masing pemain mempunyai jatahnya sendiri dalam berekspresi. Konflik yang di munculkan pun juga mampu membuat kalian tertawa, bingung dan simpati. Chemistry antara Dante dan Randall sangat terjaga di film ini. Sekaligus pemeran pembantu tiap karakter yang mengundang perhatian tersendiri. Film ini adalah sebuah film "Black Comedy" yang mengandung unsur sarkasme dan satir. Perhatikan dialog sedetail mungkin dan kalian akan tepuk tangan setelah menonton film ini. Dan juga yang tak kalah penting adalah karakter Randall, dia adalah nyawa di film ini. Dia tampil memukau di tiap scene, dan dia adalah alasan film ini sungguh berkualitas. Selain itu juga editing gambar yang di buat hitam putih ini adalah salah satu kreatifitas Kevin Smith. Mengapa? Film yang ber-budget rendah ini hampir di filmkan tiap malam setelah ia selesai kerja. Dan untuk menghindari jumping nya gambar akibat lampu yang berbeda maka ia membuat gambar menjadi hitam-putih. Sungguh cerdik.
Kelemahan dari film ini sangat minim, yang tak lain adalah peran para pemainnya yang bisa di bilang terkesan datar (Pemain kebanyakan teman Kevin dan masih amatir). Terkadang cut tiap scene yang sedikit kasar dan beberapa kali input scene yang tak terlalu penting membuat film ini mempunyai kelemahan. Tapi tidak jadi masalah, toh film ini sebuah film indie berbudget rendah? dan sudah di jelaskan ini adalah awal mula dari puncak karir Kevin Smith.
Rating yang cocok adalah A-
Bagi kalian moviemaker pemula, jangan berkecil hati. Clerks adalah bukti nyata bahwa film indie mampu sukses layaknya film box office.
ROTTEN TOMATOES: 88% & 89%
Genre: Comedy
Director: Kevin Smith
Written: Kevin Smith
Cast: Brian O'Halloran - Dante Hicks
Jeff Anderson - Randall Graves
Marilyn Ghigliotti - Veronica
Lisa Spoonauer - Caitlin Bree
Jason Mewes - Jay
Kevin - Silent Bob
etc
SAMARINDA - Film Clerks adalah sebuah bukti nyata dari mimpi seorang Kevin Smith. Seorang sinematografi muda yang rela mempertaruhkan semuanya untuk membuat sebuah film impiannya. Dimana dia harus menguras habis tabungannya serta memproduksi film di tengah-tengah pekerjaannya sebagai penjaga toko. Kalian mungkin jarang menonton film dengan budget yang sangat rendah namun sangat sukses di pasaran komersil, film ini adalah sebuah jiwa dari industri perfilman indie. "Its all about dialogue", hanya itu yang dapat ku sampaikan tentang film ini. Film arahan Kevin Smith yang di produksi pada tahun 1994 dengan bermodalkan uang seadanya dengan jajaran pemain yang tak lain adalah orang-orang terdekatnya. Film yang menceritakan tentang 2 orang penjaga toko dan penjaga rental film bernama Dante dan Randall ini sungguh akan menguras tawa kalian hingga akhir film. Naskah yang sangat sederhana serta garapan yang sangat kreatif membuat Clerks menjadi sebuah gebrakan karir dari seorang Kevin Smith.
Alkisah Dante dan Randall adalah seorang sahabat yang pekerjaannya hanyalah menunggu pelanggan datang dan melayani mereka. Setting film yang berlatar 1 hari ini membuat jalan cerita menjadi padat dan pas untuk di cerna penonton. Film indie yang memberatkan pada dialog-dialog antar pemainnya ini sukses membawa penonton tertawa sekaligus mengimajinasikan apa yang mereka maksud. Mulai dari percakapan tentang Star Wars, tentang Seks, bahkan filosofi kehidupan ada dalam sini. Ditambah peran pemain-pemain yang sangat ikonik, sebut saja Jay dan Silent Bob, sekelompok anak muda pengedar yang kerjaannya hanya nongkrong di depan toko. Mungkin dari jalan cerita yang begitu simpel ini kalian tak akan kesulitan menguraikan apa yang terjadi, tetapi jangan salah dulu. Tiap dialog yang mereka lakukan semua mempunyai semantik tersendiri, sungguh naskah yang jenius dari Kevin Smith.
Kelebihan dari film ini adalah naskah yang sederhana, serta dialog-dialog yang sangat menarik. Pemeranan karakter di dalam ini juga pas, tiap masing-masing pemain mempunyai jatahnya sendiri dalam berekspresi. Konflik yang di munculkan pun juga mampu membuat kalian tertawa, bingung dan simpati. Chemistry antara Dante dan Randall sangat terjaga di film ini. Sekaligus pemeran pembantu tiap karakter yang mengundang perhatian tersendiri. Film ini adalah sebuah film "Black Comedy" yang mengandung unsur sarkasme dan satir. Perhatikan dialog sedetail mungkin dan kalian akan tepuk tangan setelah menonton film ini. Dan juga yang tak kalah penting adalah karakter Randall, dia adalah nyawa di film ini. Dia tampil memukau di tiap scene, dan dia adalah alasan film ini sungguh berkualitas. Selain itu juga editing gambar yang di buat hitam putih ini adalah salah satu kreatifitas Kevin Smith. Mengapa? Film yang ber-budget rendah ini hampir di filmkan tiap malam setelah ia selesai kerja. Dan untuk menghindari jumping nya gambar akibat lampu yang berbeda maka ia membuat gambar menjadi hitam-putih. Sungguh cerdik.
Kelemahan dari film ini sangat minim, yang tak lain adalah peran para pemainnya yang bisa di bilang terkesan datar (Pemain kebanyakan teman Kevin dan masih amatir). Terkadang cut tiap scene yang sedikit kasar dan beberapa kali input scene yang tak terlalu penting membuat film ini mempunyai kelemahan. Tapi tidak jadi masalah, toh film ini sebuah film indie berbudget rendah? dan sudah di jelaskan ini adalah awal mula dari puncak karir Kevin Smith.
Rating yang cocok adalah A-
Bagi kalian moviemaker pemula, jangan berkecil hati. Clerks adalah bukti nyata bahwa film indie mampu sukses layaknya film box office.
REVIEW FILM - THE BREAKFAST CLUB (1985)
IMDB: 7.9/10
ROTTEN TOMATOES: 89% & 92%
Genre: Comedy, Drama
Director: John Hughes
Written: John Hughes
Cast: Judd Nelson - John Bender
Emilio Esteves - Andrew Clark
Anthony Michael Hall - Brian Johnson
Molly Ringwald - Claire Standish
Ally Sheedy - Allison Reynolds
Paul Gleason - Richard Vernon
John Kapelos - Carl
etc
SAMARINDA – The Breakfast Club mungkin adalah salah satu dari sekian banyak film yang harus kamu tonton sebelum tutup usia. Bagaimana tidak? Film ini menjadi trendsetter pada kalangan film remaja dari masa lalu hingga sekarang. Film ini sungguh jenius dan ikonik sekali. Dengan alur cerita yang sederhana namun sungguh menyentuh membuat para penonton terbawa suasana emosi dalam film ini. Sungguh ikonik sekali. Mungkin ini adalah film lama, di produksi pada tahun 1985 tetapi kenangan dalam cerita ini membuat film ini tak akan pudar dalam waktu puluhan tahun berikutnya. Sungguh naskah dan garapan yang luar biasa dari sutradara John Hughes (Penulis cerita Home Alone Series). Sudah tak di ragukan lagi bahwa film Home Alone Series adalah film yang menghibur kalian, belum lagi di film Ferris Bueller Day’s Off yang salah satu film brilian pada masanya. John Hughes lagi-lagi mengusung film drama remaja yang pantas untuk di tonton kalangan kawula muda.
Film ini bercerita tentang 5 anak yang harus mengikuti jam tambahan di sekolahnya pada hari libur karena ulah kenakalan mereka, Andrew, Brian, John, Claire dan Allison. Mungkin ini terdengar klise, seorang guru yang menghukum muridnya karena kenakalan mereka. Namun yang membuat film ini menarik adalah background tiap-tiap karakter yang ada disana. Tiap peran yang mereka mainkan berasal dari asal usul yang berbeda. Andrew adalah seorang atlit sekolah, Claire adalah wanita terpopuler disana, Brian seorang kutu buku, Allison seorang wanita yang misterius dan John adalah preman sekolah.
Kekuatan dari film ini sekali lagi adalah penulisan cerita dan karakterisasi tiap tokohnya. Semua sungguh sempurna memainkan peran. Bahkan pemeran pembantu seperti Guru dan tukang bersih-bersih saja membuat jalan cerita ini semakin menarik. Mengangkat isu dimana para orang tua dulu memaksakan anaknya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan, sistem sekolah yang membuat anak kehilangan jati diri mereka serta persoalan-persoalan remaja pada saat itu. Tiap pemain membuat diri mereka jadi ikonik remaja pada masa itu. Tapi yang menarik perhatian adalah performa Judd Nelson yang memerankan sebagai John Bender. Sungguh sangat luar biasa ikonik dan sangat terbaik. Dia salah satu alasan mengapa film ini wajib ditonton.
Hampir tidak ada kekurangan di dalam film ini. Penulisan cerita, konflik, penyutradaraan dan akting yang sangat pas dan proporsional membuat The Breakfast Club menjadi film remaja yang sempurna. Jarang sekali untuk di masa kini membuat film yang menarik seperti garapan John Hughes ini.
Rating yang saya beri adalah A! Sungguh wajib untuk kamu tonton!
ROTTEN TOMATOES: 89% & 92%
Genre: Comedy, Drama
Director: John Hughes
Written: John Hughes
Cast: Judd Nelson - John Bender
Emilio Esteves - Andrew Clark
Anthony Michael Hall - Brian Johnson
Molly Ringwald - Claire Standish
Ally Sheedy - Allison Reynolds
Paul Gleason - Richard Vernon
John Kapelos - Carl
etc
SAMARINDA – The Breakfast Club mungkin adalah salah satu dari sekian banyak film yang harus kamu tonton sebelum tutup usia. Bagaimana tidak? Film ini menjadi trendsetter pada kalangan film remaja dari masa lalu hingga sekarang. Film ini sungguh jenius dan ikonik sekali. Dengan alur cerita yang sederhana namun sungguh menyentuh membuat para penonton terbawa suasana emosi dalam film ini. Sungguh ikonik sekali. Mungkin ini adalah film lama, di produksi pada tahun 1985 tetapi kenangan dalam cerita ini membuat film ini tak akan pudar dalam waktu puluhan tahun berikutnya. Sungguh naskah dan garapan yang luar biasa dari sutradara John Hughes (Penulis cerita Home Alone Series). Sudah tak di ragukan lagi bahwa film Home Alone Series adalah film yang menghibur kalian, belum lagi di film Ferris Bueller Day’s Off yang salah satu film brilian pada masanya. John Hughes lagi-lagi mengusung film drama remaja yang pantas untuk di tonton kalangan kawula muda.
Film ini bercerita tentang 5 anak yang harus mengikuti jam tambahan di sekolahnya pada hari libur karena ulah kenakalan mereka, Andrew, Brian, John, Claire dan Allison. Mungkin ini terdengar klise, seorang guru yang menghukum muridnya karena kenakalan mereka. Namun yang membuat film ini menarik adalah background tiap-tiap karakter yang ada disana. Tiap peran yang mereka mainkan berasal dari asal usul yang berbeda. Andrew adalah seorang atlit sekolah, Claire adalah wanita terpopuler disana, Brian seorang kutu buku, Allison seorang wanita yang misterius dan John adalah preman sekolah.
Kekuatan dari film ini sekali lagi adalah penulisan cerita dan karakterisasi tiap tokohnya. Semua sungguh sempurna memainkan peran. Bahkan pemeran pembantu seperti Guru dan tukang bersih-bersih saja membuat jalan cerita ini semakin menarik. Mengangkat isu dimana para orang tua dulu memaksakan anaknya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan, sistem sekolah yang membuat anak kehilangan jati diri mereka serta persoalan-persoalan remaja pada saat itu. Tiap pemain membuat diri mereka jadi ikonik remaja pada masa itu. Tapi yang menarik perhatian adalah performa Judd Nelson yang memerankan sebagai John Bender. Sungguh sangat luar biasa ikonik dan sangat terbaik. Dia salah satu alasan mengapa film ini wajib ditonton.
Hampir tidak ada kekurangan di dalam film ini. Penulisan cerita, konflik, penyutradaraan dan akting yang sangat pas dan proporsional membuat The Breakfast Club menjadi film remaja yang sempurna. Jarang sekali untuk di masa kini membuat film yang menarik seperti garapan John Hughes ini.
Rating yang saya beri adalah A! Sungguh wajib untuk kamu tonton!
Kamis, 12 Januari 2017
REVIEW FILM - THE ACCOUNTANT (2016)
IMDB: 7.5/10
ROTTEN TOMATOES: 51% & 80%
Genre: Action, Crime, Drama
Director: Gavin O'Connor
Written: Bill Dubuque
Cast: Ben Affleck - Christian Wolff
Anna Kendrick - Dana Cummings
J.K. Simmons - Ray King
Jon Bernthal - Brax
Cynthia Addai-Robinson - Marybeth Medina
Jon Lithgow - Lamar Blackburn
Jeffrey Tambor - Francis Silverberg
etc
SAMARINDA - Pertama kali melihat judul film ini, kukira ini akan seperti A Beautiful Mind atau Good Will Hunting. Namun setelah melihatnya, saya terkesan dengan film Ben Affleck yang satu ini. Bagaimana tidak? Film yang mempunyai plot "standar" dengan garapan yang sangat menarik ini mampu bersaing di jajaran film terbaik tahun 2016. Bercerita tentang akuntan bernama Christian Wolff (Ben Affleck) yang mengidap penyakit autis sejak dini namun memiliki otak yang brilian. Di samping pekerjaannya sebagai akuntan mungkin orang-orang tak akan mengira ia adalah orang yang berbahaya. Ia terkenal berkerja dengan beberapa kriminal di dunia. Itulah yang membuat ia sangat ahli dalam bela diri, taktik, senjata dan lain-lain. Pada suatu kasus ia di rekrut sebuah perusahaan untuk mencari tau setiap pengeluaran gelap yang terjadi disana. Bersama seorang akuntan muda Dana (Anna Kendrick) ia berhasil menyimpulkan beberapa data dan melihat sebuah "lubang" dalam aliran dana. Namun hal itu membuat dirinya dalam bahaya, ketika beberapa tentara bayaran di kirim untuk membunuh dirinya dan juga Dana.
Sebuah apresiasi untuk Bill Dubuque yang melahirkan cerita jenius ini. Walaupun ini adalah film dengan plot yang standar menurut saya namun siapa sangka seorang autis jenius juga adalah pembunuh mengerikan. Pendalaman karakter utama padat dengan alur flashback yang jelas membantu penonton untuk memahami karakter si pemeran utama. Begitu juga dengan konflik yang ada disini, walaupun bagi saya ada beberapa hal yang tak terlalu penting untuk di masukan ke cerita namun dengan arahan Gavin O'Connor semua terlihat begitu penting. Dijamin kalian akan merasa seperti menonton film John Wick dengan perpaduan A Beautiful Mind. Bill Dubuque sebelumnya juga berhasil menulis cerita The Judge yang diperankan Robert Downey Jr. Dengan bumbu drama yang pas, serta tone yang gelap maka komplit sudah perpaduan aksi sekaligus drama di film ini.
Ben Affleck menyebutkan ini adalah salah satu peran terfavoritnya setelah Bruce Wayne (BVS), Chucky (Good Wll Hunting), dan Tony Mendez (Argo). Tak salah ia menyebut itu karena di film ini ia berhasil membawakan peran tersebut. Akting menjadi seorang akuntan yang autis sekaligus pembunuh berdarah dingin membuat karirnya semakin matang dari tahun ke tahun. Peran pembantu seperti J.K. Simmons juga mampu menyita perhatian para penonton dengan latar belakang Ray King. Anna Kendrick, Jon Lithgow juga kurasa sudah baik-baik saja dengan role yang mereka mainkan. Hanya saja mungkin dengan peran Brax (Jon Bernthal) yang kurang di telusuri sedikit lagi, karena ia bisa dibilang memerankan peran cukup penting disini.
Hanya saja beberapa kekurangan dari film ini adalah musik yang menurut saya kurang "nendang" dengan balutan laga aksinya. Gaya penyutradaraan Gavin O'Connor juga tak berubah seperti film dia sebelumnya Warrior. Memakai kesan gelap dan still camera yang memantik emosi. Mungkin peran Cynthia Addai-Robinson disini yang membuat saya terganggu. Jujur, dia adalah pemain bertalenta. Dia memerankan Amanda Waller dengan baik di film Arrow. Namun dalam film ini entah mengapa ia seperti di matikan geraknya walaupun peran yang ia mainkan sangat berguna. Sungguh membuang-buang talent. Tapi selain itu, overall film ini layak untuk kalian simak.
Rating yang cocok untuk film ini adalah B+
Rekomendasi sekali untuk kalian tonton sebagai penghibur lara!
ROTTEN TOMATOES: 51% & 80%
Genre: Action, Crime, Drama
Director: Gavin O'Connor
Written: Bill Dubuque
Cast: Ben Affleck - Christian Wolff
Anna Kendrick - Dana Cummings
J.K. Simmons - Ray King
Jon Bernthal - Brax
Cynthia Addai-Robinson - Marybeth Medina
Jon Lithgow - Lamar Blackburn
Jeffrey Tambor - Francis Silverberg
etc
SAMARINDA - Pertama kali melihat judul film ini, kukira ini akan seperti A Beautiful Mind atau Good Will Hunting. Namun setelah melihatnya, saya terkesan dengan film Ben Affleck yang satu ini. Bagaimana tidak? Film yang mempunyai plot "standar" dengan garapan yang sangat menarik ini mampu bersaing di jajaran film terbaik tahun 2016. Bercerita tentang akuntan bernama Christian Wolff (Ben Affleck) yang mengidap penyakit autis sejak dini namun memiliki otak yang brilian. Di samping pekerjaannya sebagai akuntan mungkin orang-orang tak akan mengira ia adalah orang yang berbahaya. Ia terkenal berkerja dengan beberapa kriminal di dunia. Itulah yang membuat ia sangat ahli dalam bela diri, taktik, senjata dan lain-lain. Pada suatu kasus ia di rekrut sebuah perusahaan untuk mencari tau setiap pengeluaran gelap yang terjadi disana. Bersama seorang akuntan muda Dana (Anna Kendrick) ia berhasil menyimpulkan beberapa data dan melihat sebuah "lubang" dalam aliran dana. Namun hal itu membuat dirinya dalam bahaya, ketika beberapa tentara bayaran di kirim untuk membunuh dirinya dan juga Dana.
Sebuah apresiasi untuk Bill Dubuque yang melahirkan cerita jenius ini. Walaupun ini adalah film dengan plot yang standar menurut saya namun siapa sangka seorang autis jenius juga adalah pembunuh mengerikan. Pendalaman karakter utama padat dengan alur flashback yang jelas membantu penonton untuk memahami karakter si pemeran utama. Begitu juga dengan konflik yang ada disini, walaupun bagi saya ada beberapa hal yang tak terlalu penting untuk di masukan ke cerita namun dengan arahan Gavin O'Connor semua terlihat begitu penting. Dijamin kalian akan merasa seperti menonton film John Wick dengan perpaduan A Beautiful Mind. Bill Dubuque sebelumnya juga berhasil menulis cerita The Judge yang diperankan Robert Downey Jr. Dengan bumbu drama yang pas, serta tone yang gelap maka komplit sudah perpaduan aksi sekaligus drama di film ini.
Ben Affleck menyebutkan ini adalah salah satu peran terfavoritnya setelah Bruce Wayne (BVS), Chucky (Good Wll Hunting), dan Tony Mendez (Argo). Tak salah ia menyebut itu karena di film ini ia berhasil membawakan peran tersebut. Akting menjadi seorang akuntan yang autis sekaligus pembunuh berdarah dingin membuat karirnya semakin matang dari tahun ke tahun. Peran pembantu seperti J.K. Simmons juga mampu menyita perhatian para penonton dengan latar belakang Ray King. Anna Kendrick, Jon Lithgow juga kurasa sudah baik-baik saja dengan role yang mereka mainkan. Hanya saja mungkin dengan peran Brax (Jon Bernthal) yang kurang di telusuri sedikit lagi, karena ia bisa dibilang memerankan peran cukup penting disini.
Hanya saja beberapa kekurangan dari film ini adalah musik yang menurut saya kurang "nendang" dengan balutan laga aksinya. Gaya penyutradaraan Gavin O'Connor juga tak berubah seperti film dia sebelumnya Warrior. Memakai kesan gelap dan still camera yang memantik emosi. Mungkin peran Cynthia Addai-Robinson disini yang membuat saya terganggu. Jujur, dia adalah pemain bertalenta. Dia memerankan Amanda Waller dengan baik di film Arrow. Namun dalam film ini entah mengapa ia seperti di matikan geraknya walaupun peran yang ia mainkan sangat berguna. Sungguh membuang-buang talent. Tapi selain itu, overall film ini layak untuk kalian simak.
Rating yang cocok untuk film ini adalah B+
Rekomendasi sekali untuk kalian tonton sebagai penghibur lara!
Selasa, 10 Januari 2017
REVIEW FILM - BEFORE THE DEVIL KNOWS YOU'RE DEAD (2007)
IMDB: 7.3/10
ROTTEN TOMATOES: 88% & 71%
Genre: Crime, Drama, Thriller
Director: Sidney Lumet
Written: Kelly Masterson
Cast: Phillip Seymour Hoffman - Andy
Ethan Hawke - Hank
Albert Finney - Charles
Marisa Tomei - Gina
Amy Ryan - Martha
Sarah Livingston - Danielle
Michael Shannon - Dex
etc
SAMARINDA - Bagi kalian yang baru mendengar nama Sidney Lumet mungkin kalian asing dengan beberapa karya-karya filmnya. Ia tak lain dan tak bukan adalah "Raja tanpa mahkota" di perfilman hollywood. Mahakarya yang pernah di buatnya antara lain adalah Dog Day Afternoon, 12 Angry Men. Ya itu adalah salah satu filmnya yang pernah saya tonton dan kemudian Before The Devil Knows You're Dead. Film ini merupakan karya terakhir dari Sidney Lumet sebelum beliau meninggal pada tahun 2011. Film yang berat pada genre Drama ini menceritakan tentang kakak beradik yang merencanakan perampokan pada toko perhiasan kedua orang tuanya. Namun sang adik Hank (Ethan Hawke) membuat perampokan ini gagal dan tak sengaja membuat terbunuhnya ibu mereka. Masalah tak selesai sampai disana. Ayah mereka yang sakit hati mencoba mencari siapa pelaku tersebut untuk membalas dendam, masalah kembali datang karena istri Bobby, partner Hank yang terbunuh berusaha untuk mengadukan Hank kepada polisi. Konflik yang di hadirkan di film ini begitu banyak namun tersusun dengan cukup rapi. Peran Phillip Seymour Hoffman sebagai Andy mungkin adalah salah satu pemikat dari film ini. Ia mampu menghipnotis penonton dengan peran yang di bawakannya. Menjadi pecandu narkoba sekaligus pria yang hidup "seperti" tanpa masalah pun dapat di bawakannya dengan baik.
Tak hanya itu, Ethan Hawke juga kali ini tak kalah sukses dengan Phillip, berperan sebagai Hank yang mempunyai masalah keuangan dan harus mencari nafkah untuk anaknya tak susah ia lakoni. Sekali lagi, bumbu konflik yang pas dan tak memaksa ini membuat orang tak menguap jika menonton ini, walaupun ada di beberapa adegan yang sedikit memaksakan. Peran pemain lainnya juga pas, Marisa Tomei, Albert Finney yang sudah di akui kemampuan aktingnya tak mengecewakan para penonton. Tempo film yang di atur seciamik mungkin serta tone film yang di gunakan sangatlah pas. Tanpa perlu editing yang ribet serta pengambilan gambar yang riwet, Sidney Lumet mampu memperlihatkan kita bahwa ia masih mampu membuat sebuah karya yang sangat worthy untuk di tonton.
Kelebihan film ini selain penggarapan yang rapi, penulisan cerita yang menarik adalah emosional pemain antara kakak beradik Andy dan Hank. Phillip dan Ethan kali ini sempurna membuat chemistry diantara mereka berdua. Emosional yang dapat dirasakan penonton setelah melihat film ini akan terbawa. Mungkin kekurangan dari film ini adalah promosi dari film ini tersebut. Di Hollywood sendiri memang beberapa film oscar sangat jarang mempromosikan filmnya terlalu besar-besaran. Mereka menegaskan esensi dari sebuah film melalui sebuah cerita serta penggambaran yang baik. Walaupun mereka tidak mendapat anugrah bergengsi seperti Academy Award maupun Golden Globe namun film ini sangat rekomendasi banget untuk kalian pecinta film di luar sana.
Rating yang cocok untuk film ini adalah B+, sebuah film dengan penggambaran konflik yang sangat proporsional serta mumpuni karena akting pemainnya dan penyutradaraan dari Sidney Lumet.
ROTTEN TOMATOES: 88% & 71%
Genre: Crime, Drama, Thriller
Director: Sidney Lumet
Written: Kelly Masterson
Cast: Phillip Seymour Hoffman - Andy
Ethan Hawke - Hank
Albert Finney - Charles
Marisa Tomei - Gina
Amy Ryan - Martha
Sarah Livingston - Danielle
Michael Shannon - Dex
etc
SAMARINDA - Bagi kalian yang baru mendengar nama Sidney Lumet mungkin kalian asing dengan beberapa karya-karya filmnya. Ia tak lain dan tak bukan adalah "Raja tanpa mahkota" di perfilman hollywood. Mahakarya yang pernah di buatnya antara lain adalah Dog Day Afternoon, 12 Angry Men. Ya itu adalah salah satu filmnya yang pernah saya tonton dan kemudian Before The Devil Knows You're Dead. Film ini merupakan karya terakhir dari Sidney Lumet sebelum beliau meninggal pada tahun 2011. Film yang berat pada genre Drama ini menceritakan tentang kakak beradik yang merencanakan perampokan pada toko perhiasan kedua orang tuanya. Namun sang adik Hank (Ethan Hawke) membuat perampokan ini gagal dan tak sengaja membuat terbunuhnya ibu mereka. Masalah tak selesai sampai disana. Ayah mereka yang sakit hati mencoba mencari siapa pelaku tersebut untuk membalas dendam, masalah kembali datang karena istri Bobby, partner Hank yang terbunuh berusaha untuk mengadukan Hank kepada polisi. Konflik yang di hadirkan di film ini begitu banyak namun tersusun dengan cukup rapi. Peran Phillip Seymour Hoffman sebagai Andy mungkin adalah salah satu pemikat dari film ini. Ia mampu menghipnotis penonton dengan peran yang di bawakannya. Menjadi pecandu narkoba sekaligus pria yang hidup "seperti" tanpa masalah pun dapat di bawakannya dengan baik.
Tak hanya itu, Ethan Hawke juga kali ini tak kalah sukses dengan Phillip, berperan sebagai Hank yang mempunyai masalah keuangan dan harus mencari nafkah untuk anaknya tak susah ia lakoni. Sekali lagi, bumbu konflik yang pas dan tak memaksa ini membuat orang tak menguap jika menonton ini, walaupun ada di beberapa adegan yang sedikit memaksakan. Peran pemain lainnya juga pas, Marisa Tomei, Albert Finney yang sudah di akui kemampuan aktingnya tak mengecewakan para penonton. Tempo film yang di atur seciamik mungkin serta tone film yang di gunakan sangatlah pas. Tanpa perlu editing yang ribet serta pengambilan gambar yang riwet, Sidney Lumet mampu memperlihatkan kita bahwa ia masih mampu membuat sebuah karya yang sangat worthy untuk di tonton.
Kelebihan film ini selain penggarapan yang rapi, penulisan cerita yang menarik adalah emosional pemain antara kakak beradik Andy dan Hank. Phillip dan Ethan kali ini sempurna membuat chemistry diantara mereka berdua. Emosional yang dapat dirasakan penonton setelah melihat film ini akan terbawa. Mungkin kekurangan dari film ini adalah promosi dari film ini tersebut. Di Hollywood sendiri memang beberapa film oscar sangat jarang mempromosikan filmnya terlalu besar-besaran. Mereka menegaskan esensi dari sebuah film melalui sebuah cerita serta penggambaran yang baik. Walaupun mereka tidak mendapat anugrah bergengsi seperti Academy Award maupun Golden Globe namun film ini sangat rekomendasi banget untuk kalian pecinta film di luar sana.
Rating yang cocok untuk film ini adalah B+, sebuah film dengan penggambaran konflik yang sangat proporsional serta mumpuni karena akting pemainnya dan penyutradaraan dari Sidney Lumet.
Senin, 09 Januari 2017
REVIEW FILM - THE GIRL ON THE TRAIN (2016)
IMDB: 6.6/10
ROTTEN TOMATOES: 43% & 53%
Genre: Drama, Mystery, Thriller
Director: Tate Taylor
Written: Erin Cressida Wilson (Screenplay)
Paula Hawkins (Novel)
Cast: Emily Blunt - Rachel
Halley Bennet - Megan
Rebecca Ferguson - Anna
Justin Theroux - Tom
Luke Evans - Scott
Edgar Ramirez - Dr. Kamal Abdic
Lisa Kudrow - Martha
etc
SAMARINDA - Sedikit berkisah, film ini di adaptasi dari novel Paula Hawkins dengan judul yang sama. Film ini sendiri di sutradarai oleh Tate Taylor yang sebelumnya sukses dengan film The Help. Mungkin bagi kalian yang pernah membaca novel ini akan merasa sedikit kecewa jika melihat adapatasi film The Girl On The Train. Mengapa? karena saya yang tidak pernah membaca novelnya pun ikut di kecewakan. Tetapi, apa salahnya jika kita mengulas sedikit tentang film tersebut? selalu ada sisi lebih dan kurang dari suatu hal. Pertama yang membuat film ini pantas untuk di tonton adalah jajaran pemainnya, mulai dari Emily Blunt, Rebecca Ferguson, Luke Evans, Halley Bennet dll. Mungkin dari jajaran pemainnya kalian bisa menilai kalau film ini akan sangat berkesan, dengan tema Drama Misteri tentang sebuah pembunuhan, menjelajahi berbagai karakter akan sangat di nikmati bagi pecinta film jenis genre tersebut. Tapi jika kalian berfikir film ini akan seperti The Prisoner maka kalian salah. Lagi-lagi film bertempo sangat lambat tak mampu membuat endingnya mencengangkan. Hanya ending plot twist yang bisa di bilang geli-geli.
Kelebihan dari film ini adalah konsistensi dari seorang Emily Blunt. Sangat di acungi jempol sekali melihat peran karakter yang di bawakannya. Film ini mengisahkan sebuah cerita tentang wanita bernama Rachel yang mengalami pasca cerai yang sangat berat hingga membuat ia menjadi pecandu alkohol. Hari-harinya hanya di isi dengan pergi mengelilingi New York dengan kereta api di rute yang sama. Ia melakukan itu dengan sengaja sembari melihat kehidupan orang-orang yang tinggal di pinggir jalur kereta tersebut. Mungkin cerita ini sedikit klise karena ia melakukan hal itu dengan sengaja untuk melihat kembali rumah mantan suaminya yang telah menikah lagi. Namun kehidupan Rachel berubah ketika ia terkait dengan kasus hilangnya wanita bernama Megan. Megan sendiri adalah tetangga dari Tom dan Anna (Mantan suami Rachel). Kasus Megan yang menjadi topik media kala itu membuat Rachel berusaha membantu Scott (Suami Megan) untuk mencari istrinya tersebut, apa lagi Rachel sempat melihat bahwa Megan berselingkuh. Hal itulah yang membuat Rachel bergerak mengikuti nuraninya karena ia tau perihnya dari sebuah perceraian.
Tema film yang di buat padat dengan keadaan pinggiran New York yang begitu sunyi membuat kalian akan berfikir bahwa tinggal disana sangatlah murung. Pengambilan gambar yang sederhana dan editing musik yang pas mampu membangun suasana emosi dari film tersebut. Tema drama yang di usung film ini sangatlah kuat dan terima kasih karena akting dari Emily Blunt. Ya memang tak salah lagi, ia beranjak dari pemain film inggris yang kurang di kenal kini malah di perhitungkan di hollywood. Akting serupa tapi tak sama pernah ia lakukan di film Sicario tetapi sayang sekali hal itu tak mampu mendongkrak esensi dan kualitas dari The Girl On The Train. Rebecca Ferguson, Halley Bennet adalah muka lama pendatang baru di film hollywood, namun akting dan emosi yang mereka mainkan disini bisa di bilang berhasil. Begitu juga dengan pemeran pria lainnya.
Jika melihat napak tilas dari sutradara dan susunan pemainnya mungkin akan sedikit terkejut karena film ini tak berhasil mengatasi ekspektasi dari penonton. Namun film ini tidaklah jelek, tidaklah juga bagus. Ini adalah film standar dengan kualitas akting yang besar namun sayang tidak menggelegar. Jika seandainya ada yang bilang film ini menghibur, mungkin itu karena Emily Blunt.
ROTTEN TOMATOES: 43% & 53%
Genre: Drama, Mystery, Thriller
Director: Tate Taylor
Written: Erin Cressida Wilson (Screenplay)
Paula Hawkins (Novel)
Cast: Emily Blunt - Rachel
Halley Bennet - Megan
Rebecca Ferguson - Anna
Justin Theroux - Tom
Luke Evans - Scott
Edgar Ramirez - Dr. Kamal Abdic
Lisa Kudrow - Martha
etc
SAMARINDA - Sedikit berkisah, film ini di adaptasi dari novel Paula Hawkins dengan judul yang sama. Film ini sendiri di sutradarai oleh Tate Taylor yang sebelumnya sukses dengan film The Help. Mungkin bagi kalian yang pernah membaca novel ini akan merasa sedikit kecewa jika melihat adapatasi film The Girl On The Train. Mengapa? karena saya yang tidak pernah membaca novelnya pun ikut di kecewakan. Tetapi, apa salahnya jika kita mengulas sedikit tentang film tersebut? selalu ada sisi lebih dan kurang dari suatu hal. Pertama yang membuat film ini pantas untuk di tonton adalah jajaran pemainnya, mulai dari Emily Blunt, Rebecca Ferguson, Luke Evans, Halley Bennet dll. Mungkin dari jajaran pemainnya kalian bisa menilai kalau film ini akan sangat berkesan, dengan tema Drama Misteri tentang sebuah pembunuhan, menjelajahi berbagai karakter akan sangat di nikmati bagi pecinta film jenis genre tersebut. Tapi jika kalian berfikir film ini akan seperti The Prisoner maka kalian salah. Lagi-lagi film bertempo sangat lambat tak mampu membuat endingnya mencengangkan. Hanya ending plot twist yang bisa di bilang geli-geli.
Kelebihan dari film ini adalah konsistensi dari seorang Emily Blunt. Sangat di acungi jempol sekali melihat peran karakter yang di bawakannya. Film ini mengisahkan sebuah cerita tentang wanita bernama Rachel yang mengalami pasca cerai yang sangat berat hingga membuat ia menjadi pecandu alkohol. Hari-harinya hanya di isi dengan pergi mengelilingi New York dengan kereta api di rute yang sama. Ia melakukan itu dengan sengaja sembari melihat kehidupan orang-orang yang tinggal di pinggir jalur kereta tersebut. Mungkin cerita ini sedikit klise karena ia melakukan hal itu dengan sengaja untuk melihat kembali rumah mantan suaminya yang telah menikah lagi. Namun kehidupan Rachel berubah ketika ia terkait dengan kasus hilangnya wanita bernama Megan. Megan sendiri adalah tetangga dari Tom dan Anna (Mantan suami Rachel). Kasus Megan yang menjadi topik media kala itu membuat Rachel berusaha membantu Scott (Suami Megan) untuk mencari istrinya tersebut, apa lagi Rachel sempat melihat bahwa Megan berselingkuh. Hal itulah yang membuat Rachel bergerak mengikuti nuraninya karena ia tau perihnya dari sebuah perceraian.
Tema film yang di buat padat dengan keadaan pinggiran New York yang begitu sunyi membuat kalian akan berfikir bahwa tinggal disana sangatlah murung. Pengambilan gambar yang sederhana dan editing musik yang pas mampu membangun suasana emosi dari film tersebut. Tema drama yang di usung film ini sangatlah kuat dan terima kasih karena akting dari Emily Blunt. Ya memang tak salah lagi, ia beranjak dari pemain film inggris yang kurang di kenal kini malah di perhitungkan di hollywood. Akting serupa tapi tak sama pernah ia lakukan di film Sicario tetapi sayang sekali hal itu tak mampu mendongkrak esensi dan kualitas dari The Girl On The Train. Rebecca Ferguson, Halley Bennet adalah muka lama pendatang baru di film hollywood, namun akting dan emosi yang mereka mainkan disini bisa di bilang berhasil. Begitu juga dengan pemeran pria lainnya.
Jika melihat napak tilas dari sutradara dan susunan pemainnya mungkin akan sedikit terkejut karena film ini tak berhasil mengatasi ekspektasi dari penonton. Namun film ini tidaklah jelek, tidaklah juga bagus. Ini adalah film standar dengan kualitas akting yang besar namun sayang tidak menggelegar. Jika seandainya ada yang bilang film ini menghibur, mungkin itu karena Emily Blunt.
Tempo lambat yang di bawa di film ini tak mampu menghasilkan ending yang berkesan, beberapa dialog yang terlalu garing dan klise juga membuat daya tarik film ini hilang. Adegan per-adegan yang di edit tidak terlalu ramah serta alur yang di buat naik turun ini terkesan tidak cantik. Ini bukanlah film blockbuster, mungkin rating C+ cocok dengan film ini.
Rekomendasi? Tidak. Jika harus memilih nonton di bioskop atau download Bluray, mungkin lebih baik kalian menonton bluray saja.
Rekomendasi? Tidak. Jika harus memilih nonton di bioskop atau download Bluray, mungkin lebih baik kalian menonton bluray saja.
REVIEW FILM - NEBRASKA (2013)
ROTTEN TOMATOES: 91% & 83 %
Genre: Drama, Comedy, Family
Director : Alexander Payne
Written By : Bob Nelson
Cast : Bruce Dern - Woody Grant
Will Forte - David Grant
June Squibb - Kate Grant
Bob Odenkirk - Ross Grant
Stacy Keach - Ed Pegram
etc
Awards :
Academy Awards, USA 2014
Nominated
Best Motion Picture of the Year
Albert Berger
Ron Yerxa
Best Performance by an Actor in a Leading Role
Bruce Dern
Best Performance by an Actress in a Supporting Role
June Squibb
Best Achievement in Cinematography
Phedon Papamichael
Best Achievement in Directing
Alexander Payne
Best Writing, Original Screenplay
Bob Nelson
SAMARINDA - Oke, sebelumnya saya akan menyapa kalian dulu karena kebetulan ini adalah postingan baru saya walaupun ide dari blog ini sudah lama. Film pertama yang akan saya bahas kali ini adalah Nebraska (2013) yang di sutradarai oleh Alexander Payne yang sebelumnya terkenal dengan film The Descendants, Sideways, About Schmidtz, Election dan lain-lain. Jujur, saya belum banyak tau dengan sutradara satu ini, filmnya pun yang pernah saya tonton adalah The Descendants dan Election, kemudian Nebraska ini. Namun melihat jejak karirinya bisa di bilang sutradara ini jarang memproduski film jelek dan rata-rata filmnya Oscar Worthy loh hehehe.
Diperankan oleh Bruce Dern, Nebraska bercerita tentang seorang pria tua bernama Woody Grant yang sangat ingin sekali (bahkan ngotot) pergi ke Nebraska untuk mengambil hadiah lotre sekitar 1 Juta Dolar AS yang ia menangkan. Namun hal itu sangat di tentang oleh keluarganya sendiri, terutama sang istri yang di perankan June Squibb. Anak-anak mereka pun di buat geram oleh sifat pria tua satu ini yang terkadang kabur dari rumah dan nekat berjalan kaki. Will Forte (Macgruber, Last Man On Earth) memerankan sebagai David Grant, anak dari Woody. David nekat menemani ayahnya untuk pergi ke Nebraska karena ia merasa iba dan berfikir mungkin hidup ayahnya sudah tak lama lagi dan siapa tau ini keinginan terakhirnya?
Film ini sangat bertempo lambat, bagi kalian yang terbiasa menonton film action atau thriller ya mungkin di sarankan sangat bersabar karena 30 menit pertama mungkin kalian akan selalu menguap dan men-skip beberapa adegan. Tapi, santai dulu. Sutradara Alexander Payne mengemas film ini dengan beberapa tujuan, mulai dari gambar yang di buat hitam-putih, setting tempat di perdesaan (sedikit adegan perkotaan) dan juga akting pemeran yang sangat mumpuni. Bobot cerita yang sederhana ini sangat menyentuh di tambah adegan pemainnya yang sangat natural. Alur cerita yang lambat dengan ending yang mantap mampu menyentuh nurani kalian, percaya deh. Bisa di bilang film ini termasuk genre komedi juga namun lebih ke black komedi dan beberapa guyonan sarkas.
Kelebihan film ini antara lain cerita yang sederhana, konflik yang pas dan tidak lebay, akting yang sangat natural + memukau dan juga pengambilan gambar serta editing yang pas membuat Nebraska mendapat 6 nominasi di penghargaan Oscar. Bruce Dern menggambarkan karakternya dengan baik, dan ku fikir ia berhasil menghasilkan beberapa elemen penting di film ini. Ia membuat penonton geram, bingung, tertawa dan bahkan menangis. Ia mampu menggambarkan dirinya bahwa ia adalah pria tua rentan yang sangat ingin di benci namun juga di kasihani. Will Forte juga berhasil memerankan David dengan pas, sebagai peran anak ia bisa membuat penonton merasakan apa yang di alaminya di dalam film. Peran istri yang diperankan June Squibb adalah penambah bumbu sedap di film ini. Sebagai istri dan ibu-ibu yang cerewet ia sangat berhasil, beberapa adegan akan membuat kalian tertawa sinis, di jamin deh hehe. Tak lupa dengan beberapa pemain figuran yang tak sia-sia dan membuat film ini semakin hidup.
Sekarang kekurangan dari film ini? bisa di bilang tak terlalu banyak, namun seperti biasa tak ada yang sempurna di dunia ini. Beberapa adegan di awal bisa di bilang sangat lambat karena ada beberapa cerita yang sebenarnya tak usah/penting di masukan disini. Mungkin ini akal-akalan sutradara saja sebagai pengantar cerita dari beberapa background karakter. Tapi overall film ini sangat di rekomendasikan untuk kalian! Bagi kalian yang bosan akan film jaman sekarang yang selalu melibatkan ledakan, tembakan, darah ataupun sex. Film ini cocok bagi kalian yang mencari sebuah kualitas dari esensi "Film" sendiri dimana pesan yang di sampaikan begitu menarik dan masuk ke otak kalian melalui peran dan cerita yang di motori Alexander Payne.
Rating saya A-
Rekomendasi banget!
Langganan:
Postingan (Atom)